Health

3 Pola hidup, Mencegah IBD

Waktunya mewaspadai penyakit Autoimun.  Merupakan suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh atau sistem imun menyerang tubuh sendiri. Terbilang, ada ratusan jenis penyakit Autoimun, yang salah satunya sering diperbincangkan adalah Inflammatory Bowel Disease (IBD) atau Radang Usus.

IBD merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kelainan yang berhubungan dengan peradangan pada saluran pencernaan atau gastrointestinal.

Prof. DR. dr. Aru W. Sudoyo

Bertujuan agar masyarakat  lebih mengenal dan mewaspadai  penyakit Autoimun IBD, MCF (Marisza Cardoba Foundation), organisasi nirlaba — didirikan pada tahun 2012 oleh Marisza Cardoba (ODAI) dan Prof. DR. dr. Aru W. Sudoyo SpPD, KHOM, dan diketuai Dr Lilik Sudarwati A. S.Psi, MH —  yang menjadi mitra Pemerintah,  mengedukasi pentingnya penerapan pola hidup sehat sebagai upaya pencegahan Autoimun.

Dr Lilik Sudarwati A.

Dewan Pembina MCF, dr. Prasna Pramita Sp.PD,K-AI,FINASIM,MARS, yang juga narasumber medis pada kegiatan webinar edukasi Autoimun,  mengatakan bahwa IBD terdiri dari dua jenis penyakit yaitu Penyakit Crohn (PC) dan Kolitis Ulseratif (KU). KU adalah peradangan kronis pada lapisan terdalam usus besar atau kolon, sedangkan PC yang juga dikenal sebagai Crohn’s Disease, merupakan peradangan yang terjadi di seluruh sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga ke dubur

“Selain di usus, peradangan juga dapat timbul di luar sistem pencernaan, seperti di mata, kulit, atau sendi (artritis). Khusus pada penderita PC, sariawan atau luka bahkan dapat muncul di area kelamin,” jelas dr. Prasna Pramita.

dr. Prasna Pramita

Menurut Dokter berparas cantik yang juga aktif membina belasan ribu orang dengan Autoimun (ODAI) di MCF,  penyebab pasti terjadinya peradangan gastrointestinal tersebut belum diketahui, namun diduga terkait dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.

Lebih lanjut dr. Prasna Pramita menjelaskan bahwa PC lebih banyak dialami wanita, sedangkan KU lebih banyak diderita pria. Radang usus dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan pada usia 15-30 tahun.

Selain penyintas Autoimun, seseorang dapat lebihberesiko mengalami radang usus dikarenakan beberapa hal yaitu merokok, memiliki riwayat infeksi, sering mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), tinggal di dekat kawasan industri, berusia di bawah 35 tahun, dan memiliki faktor genetik atau keturunan.

Ada serangkaian langkah untuk menegakkan diagnosa IBD, mulai dari pemeriksaan tinja hingga menggunakan alat khusus yang dilengkapi kamera untuk melihat lapisan rongga usus. “Pengobatan diberikan dengan target  remisi yakni gejala yang muncul mereda dan kekambuhan dapat dicegah. Karena seperti penyakit Autoimun lainnya IBD tidak bisa benar-benar disembuhkan,” lanjut dr. Prasna.

“Namun pada kasus dengan gejala berat yang tidak kunjung membaik, dibutuhkan tindakan operasi sesuai dengan jenis radang yang dialami pasien, seperti proktokolektomi yaitu pengangkatan seluruh usus besar pada kasus KU berat, atau pengangkatan sebagian saluran pencernaan yang rusak pada kasus PC,” jelas dr. Prasna.

Untuk mencegah terjadinya IBD, dr. Prasna menekankan pentingnya menjaga pola hidup sehat, di antaranya :

  1. Memperhatikan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi. Pilih sumber makanan sehat, bernutrisi utuh (minim proses), dan alami (bebas zat artifisial seperti pengawet, pewarna, penyedap, dan sebagainya). Hindari susu, alkohol, kafein, dan makanan pedas karena dapat menimbulkan keluhan diare. Selain itu, batasi konsumsi gluten dan makanan berlemak, serta perbanyak makanan berserat.
  • Hentikan kebiasaan merokok karena dapat memperparah peradangan usus, khususnya pada PC.
  • Olah raga rutin dapat mengembalikan fungsi normal usus dan juga mengurangi stres

[]Andriza Hamzah

Photo : Ist

Keterangan Photo Utama :

Marisza Cardoba

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *