News Hitz

Komik Itu Baik, & Masih Ada

Bila ia terbilang sesosok yang namanya terukir indah sebagai salah seorang pelopor studi budaya popular Indonesia, sudah selayaknya.
Arswendo Atmowiloto, memiliki catatan tersendiri, dan memukau sebagai penulis. Karya hasil goresan tangannya, semasa hidupnya, tik ada yang tidak berdaya pikat.
Ia menelaah berbagai segi budaya pop Indonesia dari sudut non-akademik. Juga pelaku aktif, baik sebagai pencipta maupun sebagai pembangun wahana bagi berbagai produk budaya pop Indonesia modern.
Salah satu sisi yang jarang diketahui banyak orang, Arswendo — sejak 1970-an — adalah seorang yang punya peran besar dalam dunia perkomikan Indonesia.  Dan, yang lebih tak diketahui lagi oleh kebanyakan orang, Arswendo, demikian nama akrabnya disebut, juga aktif sebagai pencipta komik.
Tanggal 10 – 15 Agustus 1979, menjadi catatan tersendiri. Arswendo menerbitkan seri tulisan jurnalistik cum esai bertajuk “Komik Itu Baik” 1-5 di harian Kompas. Dan dalam waktu 2 tahun, membuka mata banyak orang, tentang betapa kaya khasanah komik Indonesia, atau biasa disebut “Cergam”.
Banyak pembaca Kompas pun mulai dekat dengan berbagai aspek sejarah cergam : sosok Kho Wang Gie, pencipta komik setrip pertama Indonesia berjudul ‘Put On’, sosok para maestro seperti Ganes TH, Jan Mintaraga, dan Teguh Santos, serta beberapa lainnya.
Bahkan, Arswendo serius juga menelaah komik sorga-neraka, yang biasanya dijual di pinggir jalan dekat sekolah atau pesantren.
Tak pelak, atas inisiasi Seno Gumira Adjidarma, pada tahun 1981, seri tulisan Arswendo itu mengilhami sebuah pameran komik dan seminar (mungkin yang pertama di Indonesia!) di Yogyakarta.
Pengalaman tersebut rupanya turut memengaruhi perkembangan Seno sebagai seorang intelektual dan pemikir kebudayaan terkemuka di Indonesia sejak 1990-an hingga kini.


Arswendo, setidaknya, selama menjadi Pemimpin Redaksi dan “otak” majalah remaja ‘Hai’, ia banyak mengundang komikus bertaraf maestro maupun yang biasa saja. Apalagi kalau bukan untuk membuat komik-komik pendek di majalahyang ia pmpin.
Ada satu periode pendek, para maestro komik itu membuat komik-komik pendek yang diangkat dari puisi-puisi para maestro penyair di masa itu, seperti Rendra, Taufik Ismail, dan Sapardi Djoko Damono. Kuat kemungkinan, itu atas inisiatif Arswendo.
Peran penting Arswendo dalam dunia komik Indonesia (biasa disebut “cergam”) inilah yang akan dirayakan dalam pameran KOMIK ITU BAIK, Cergam 1924-2019.
Tribute untuk  Arswendo Atmowiloto, yang akan berlangsung pada 28 September 2019 hingga 20 Oktober 2019 di Dia.lo.gue artspace, Jalan Kemag Selatan – Jakarta Selaatan, sebagai bagian dari program dialogue Budaya (dialogue culture). Pameran ini merupakan pameran berbasis arsip, dan sebuah kick off untuk menyusun pendalaman sejarah cergam Indonesia yang lebih terstruktur bagi publik luas.
Selama  pameran yang akan berlangsung hampir sebulan ini, juga akan ada diskusi serta peluncuran buku “Komik Itu Baik”, kumpulan tulisan tentang komik dari Arswendo Atmowiloto; bazaar komik, ilustrasi, merchandise serta artist’s talk; kuliah umum tentang signifikansi budaya cergam wayang, dan berbagai kegiatan lain.
Acara ini didukung oleh Dia.lo.gue Artspace, Dewan Kesenian Jakarta, Pusat Kajian Narasi Visual IKJ, Akademi Samali, Institut Humor Indonesia Kini, dan penerbit Gramedia.

[]Andriza Hamzah
Photo : Dok. EPR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *