Featuring

“Nyanyi Sunyi Revolusi” : Kisah Cinta Milenials

12 Januari 2019 @Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia – Jakarta

Ada sejumlah faktor yang memperkuat “Nyanyian Sunyi Revolusi”, pagelaran teater persembahan Titimangsa Foundation bekerjasama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation, menyasar penonton kalangan para milenials,
Dari sisi kisah saja memukau. “Nyanyi Sunyi Revolusi” bercerita tentang hidup seorang Penyair besar Indonesia, Amir Hamzah, dalam hubungannya dengan percintaan terhadap manusia dan Negara-nya.

Aluran kisahnya, Amir yang menempuh pendidikan di Solo, menjalin kasih dengan seorang puteri Jawa bernama Iliek Sundari. Di tengah kemesraan mereka itu Amir kehilangan ibunya, lalu menyusul ayahnya setahun kemudian. Berakibat, biaya pendidikannya pun selanjutnya ditanggung oleh Sultan Mahmud, Sultan Langkat, yang adalah Paman dari Amir sekaligus Raja Kesultanan Langkat, yang sejak awal tak menyukai aktivitas Amir di dunia pergerakan.

Aktivitas Amir Hamzah di dunia pergerakan dianggap bisa membahayakan Kesultanan. Maka untuk menghentikan aktivitasnya, Sultan Mahmud memanggil Amir pulang ke Langkat untuk dinikahkan dengan putrinya, Tengku Puteri Kamaliah. Amir bisa saja menolak tapi Ia sadar betapa ia telah berhutang budi pada Sultan Mahmud.

Tak ayal yang terjadi, hubungan kasih Amir dan Iliek dipaksa untuk menyerah, dan keduanya harus menerima kenyataan bahwa cinta kasih yang mereka bangun harus berakhir. Meski keduanya masih kuat saling mencintai.

“Nyanyi Sunyi Revolusi” :
Kisah Cinta Milenials

Pernikahan Amir Hamzah dan Tengku Puteri Kamaliah adalah pernikahan yang dipaksakan demi kepentingan politik, dan masing-masing tak saling mencintai
Rasa rindu dan kehilangan yang dialami Amir terhadap lliek Sundarai, tetap sulit disingkirkan. Di tengah itu, diam-diam kiranya istri Amir, Tengku Puteri Kamaliah, mengetahui kisah cinta kasih Amir dan Iliek Sundari. Ia pun turut merasakan kesedihan cinta yang tak sampai itu. Pada puterinya, Teungku Tahura ia berniat mengajak Iliek Sundari ke Mekkah naik haji bertiga bersama Amir. Bahkan, jika Amir ingin tetap menikahi Iliek Sundari, ia merelakannya.

Tapi sebelum semua tercapai, suasana Revolusi Kemerdekaan membawa ketidakpastian politik yang membawa rusuhan di seluruh Langkat. Istana Langkat diserbu dan dijarah.

Nasib Amir sungguh mengenaskan dan memilukan. Ia diculik, ditahan dan disiksa di sebuah perkebunan, lalu dipenggal.

Pagelaran teater “Nyanyi Sunyi Revolusi” yang akan berlangsung pada 2 dan 3 Februari 2019 di Gedung Kesenian Jakarta, hasil kerja keras tim, dengan melibatkan Ahda Imran sebagai penulis naskah, dan penggarapan dari Sutradara Iswadi Pratama.

Didukung oleh tim artistik yang solid : Iskandar Loedin sebagai Penata Artistik, Retno Damayanti (Penata Kostum), Aktris Handradjasa (Penata Rias), dan Jaeki sebagai Penata Musik.

Diperkuat pemain yang sangat berdedikasi : Lukman Sardi, sebagai Amir Hamzah, Prisia Nasution berperan sebagai Tengku Tahura, Sri Qadariatin, berperan sebagai Iliek Sundari dan Dessy Susanti berperan sebagai Tengku Kamaliah.

“Ikut berperan di “Nyanyi Sunyi Revolusi”, ada sesuatu nilai lebih. Teater bagi kami sebagai wadah belajar dan sangat penting bagi aktor maupun aktris. Terima kasih di ajak bergabung,” demikian disampaikan para pemeran.

Andriza Hamzah
Photo : EPR

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *