Techno

Video Game Di Layar Lebar, Seperti Apa ?

Tak terelak, pandemi virus Corona telah mengganggu, bahkan menghentikan kegiatan — di antaranya — produksi film, yang membuat bioskop-bioskor ditutup.

Namun beriring suksesnya penyelenggaraan festival film paling bergengsi FFI 2020, dianggap sebagai tonggak kebangkitan Industri film Tanah Air.

Hal ini jadi pendorong bagi para Produser dan pembuat film untuk tetap dan malah harus  semakin kreatif dalam storytelling mereka.

Dan yang terlihat, Industri perfilman bersungguh menunjukkan tekad mereka untuk terus berkarya. Hal ini tentu membuka jalan bagi masa depan Industri ini.

Produksi film yang dilakukan secara virtual dan remote telah menjadi bagian dari proses pembuatan film.

Tak terlepas,  teknologi pembuatan film telah berkembang maju selama lebih dari 40 tahun terakhir. Indonesia juga tidaklah baru dalam hal teknologi pembuatan film, sebab ada sejumlah animator Indonesia yang tergabung dalam tim di balik pemmbuatan film-film box office seperti ‘Transformers’, ‘Iron Man’, ‘The Adventure of Tintin’, ‘Ant Man’,  dan beberapa lainnya.

Tinggal lagi,  pada masa pasca pandemi, ini produser film dengan budget terbatas tak mungkin membiarkan inefisiensi terus terjadi. Produksi secara virtual dan (yang mengejutkan) pemanfaatan teknologi video game real time barangkali menjadi solusinya.

Kiranya,  produksi film secara virtual, yang ditenagai oleh teknologi video game, akan menjadi pendobrak cara kita membuat konten di masa depan, mulai dari produksi DIY digital hingga blockbuster di masa depan.

Dengan kemampuannya menghemat waktu dan ongkos produksi, produksi film secara virtual dapat menjadi penyelamat banyak Perusahaan pembuat film. Contohnya, dengan menggunakan teknologi game seperti Unreal Engine, pembuat film bisa membangun environment digital yang dapat meniru frame render final.

Teknologi ini membuat seluruh tim produksi memiliki visi produk final yang sama. Dan manfaat penting lainnya dalam menggunakan game engine adalah teknologinya real-time, sehingga akan memberikan keuntungan luar biasa dalam produksi virtual.

Dengan efek visual di dalam kamera yang direkam dari LED, frame akhir dapat di-preview melalui lensa kamera, dan tim kreatif dapat memanipulasi pencahayaan, environment virtual, dan efek secara kolaboratif di lokasi syuting. Proses yang lebih intuitif ini juga membuat kru dapat melakukan penyesuaian selama pengambilan gambar, sehingga tak perlu melakukan kompromi dalam proses editing terakhir setelah pengambilan gambar selesai.

Akankah sense realisme dan antusiasme hilang dalam produksi virtual? Justru sebaliknya, dengan mengganti green screen dengan scene projection, para aktor akan mendapatkan sense yang lebih baik mengenai environment tempat mereka berakting dan visi dari kru produksi.

Faktanya, dengan rendering secara real-time, background dapat diadaptasi menurut perspektif kamera, sehingga seluruh adegan jadi lebih interaktif.

Secara keseluruhan, kemampuan untuk melihat hasil pengambilan gambar yang sudah mendekati final akan membantu memastikan kontinuitas, fluiditas, dan pasif atau aktifnya para aktor dari setiap adegan. Hal ini berpotensi mengurangi pengambilan gambar yang tak perlu selama berhari-hari dan pascaproduksi yang menghabiskan waktu berbulan-bulan.

Produksi virtual memungkinkan berbagai departemen film bekerja secara lebih erat dan real-time, untuk mewujudkan produk final yang hemat waktu dan biaya. Pada saat industri bergulat dengan dampak pandemi global, produksi virtual mungkin merupakan evolusi yang alami bagi industri hiburan.

[]Redaksi stylish-one

Narasumber : Quentin Staes-Polet

Bahan Tulisan & Photo : PR Bening      

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *