Featuring

Para Atlet Disabilitas Tebar Keharuman

17 Oktober 2018 @McDonald’s Sarinah – Jakarta

Perhelatan Asian Para Games 2018, berlangsung di Jakarta sejak tanggal 6 hingga 13 Oktober 2018, yang merupakan pesta olahraga difabel  terbesar di Asia, memiliki  banyak kisah  mengharukan  namun  juga memberi banyak kebahagiaan bagi para atlet disabilitas yang berlaga..

(ki-ka)
Nor Aimah – Laura Dinda

Para atlet dengan keterbatasan fisik, milik Indonesia, berjuang maksimal untuk mewujudkankan mimpi, dan beroleh    pencapaian prestasi yang  begitu memukau. Dipersembahkan, demi mengharumkan nama Indonesia.

Keberhasilan dari berjuang yang begitu keras, pun diikuti taburan hadiah, yang datangnya dari McDonald’s Indonesia  dan Air Mineral Prim-a, yang merupakan  official partner dari ajang kompetisi olahraga tersebut.

Penghargaan khusus diberikan kepada Atlet Para Renang Indonesia pencetak prestasi,  adalah : Syuci Indriani, Jendi Panggabean, Guntur, Aris, Steven Sualang Tangkilisan, Suriansyah dan Zaki Zulkarnain.

Di tengah itu, McDonald’s secara khusus,  juga memberikan apresiasi kepada Nor Aimah dan Laura Dinda, Atlet Para Renang yang merupakan  Brand A.bassador McDonald’s untuk ajang Asian Para Games 2018, yang telah berusaha untuk memberikan yang terbaik  di seluruh nomor pertandingan namun  belum berhasil menyumbang Medali untuk Indonesia.

Berikut petikan obrolah dengan atlet Asian Para Games 2018  yang hadir di acara  “Apresiasi Atlet Para Asian Games 2018 Oleh McDonald’s Indonesia” :

Jendi

(ki-ka)
Fendi – Guntur

“Saya terlahir di  Muara Enim, Sumatera Selatan,  dengan kondisi  normal. Pada saat saya menginjak usia 12 tahun, saya bergoncengan di motor dan mengalami kecelakaan.  Namun saya tidak ingin hanyut dalam  keterbatasan fisik. Saya bergerak, dan melanjutkan pendidikan di  Palembang. Saya pun  diajak masuk klub renang. Bila saya mau karena memang menyukai olahraga ini.

Perjalanannya kemudian,  pada tahun 2012, saya bisa iku Kejurnas dan tahun 2013 ikut pelatnas di Solo dan hingga sekarang. Saya bergiat dan sangat semangat untuk terus  melakukan yang terbaik dengan mencetak prestasi di bidang olahraga renang untuk  Indonesia.”

Laura Dinda

“saya terlahir normal. Renang, adalah olahraga pilihan saya sejak usia 7 tahun,  yang saya jalani dengan rasa gembira. Namun, ruang gerak saya terasa roboh ketika saya mengalami patah tulang belakang akibat jatuh di kamar mandi, saat usia 15 tahun.

Saya alami stress bahkan depresi, dan tidak lepas dari deraian air mata.  Namun dukungan orang tua dan teman-teman yang tak henti, membangkitkan saya dari keterpurukan. Karena juga saya lelah menangis sepanjang waktu. Saya pun bangkit, bersemangat, juga karena diperkenalkan pada bapak Dimin,  pelatih renang difabel. Hasil dari kegigihan saya rutin latihan renang, berbuah hasil yang indah. Tahun 2016 saya sudah mengukir pretasi dengan meraih 1  Emas dan 1 Perak dari lomba renang atlet difabel. Diikuti tahun 2017, ikut lomba renang di Malysia dan berhasil meraih 2 Emas.”

Bapak Dimin, pelatih renang difabel – Nor Aimah – Laura Dinda – Fendi – Guntur

Nor Aimah

“Saya berasal dari Kalimantan Selatan. Terlahir cacat, dan tuumbuh sebagai anak pemalu. Saya pun putus sekolah, dan beralih mengambil les menjahit. Suatu ketika saya melihat tayang di televisi, ada atlet cacat dan mencetak prestasi. Saat itu usia 13 tahun. Dari situ saya termotivasi dan tergerak untuk  melakukan hal seperti yang dilakukan atlet dengan kekurangan  fisik. Kini, saya berusia 15 tahun, bersyukur semakin lancar menjalani kegiatan olahraga renang untuk meraih prestasi”.

Andriza Hamzah

Foto : AS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *