Health News Hitz

Sembuhkan Fobia Dengan E.R.A.S.E

Jakarta, 15 Juni 2018 – Hallo Stylishion, Apakah Anda pernah merasakan marah atau jengkel terhadap sesuatu yang tak ada habisnya? Atau punya fobia (takut) terhadap hal-hal tertentu?

Berkonsultasi dengan psikolog atau terapis mungkin bisa jadi salah satu solusi. Namun, bila tak punya waktu luang yang banyak untuk rutin berkonsultasi atau bila mempertimbangkan mahalnya biaya berkonsultasi, maka cara terapi  E.R.A.S.E menjadi salah satu langkah yang dapat dipilih.

Apa itu E.R.A.S.E ? Emotion Release And Awareness Ascension (E.R.A.S.E) dikembangkan oleh Adi Susanto, CCH dan Anthony Steven Hambali, CCH CT. Keduanya merupakan terapis di Adi W Gunawan Institute of Mind Technology. Teknik ini lahir dari sebuah pengamatan terhadap aplikasi teknik pelepasan emosi yang dikenal dengan teknik Hypno – EFT.

“Teknik Hypno-EFT adalah pengembangan lebih lanjut dan penyempurnaan dari teknik Emotional Freedom Technique (EFT) yang dikerjakan oleh Gary Craig. Dalam teknik E.R.A.S.E, ada sebagian kecil dari teknik Hypno-EFT yang kami adopsi ke dalamnya,” jelas Adi.

Yang menarik adalah, teknik E.R.A.S.E dapat dilakukan seorang diri hanya dengan bantuan buku E.R.A.S.E . Buku setebal  168 halaman ini memuat panduan bagi pembaca untuk dapat melakukan terapi sendiri. Sebagai langkah awal, pembaca akan diajak untuk mengenali emosi, lalu secara bertahap mulai mencari akar masalahnya.

“Ada orang yang takut dengan pisang. Aneh kan? Tapi ini betulan ada. Kelihatannya sederhana, tapi ketakutannya ini jelas mengganggu aktivitasnya. Bayangkan setiap melihat pisang kakinya gemetaran,” ujar Adi.

Adi menjelaskan, fobia seperti itu dapat diatasi dengan mencari akar persoalannya. “Harus digali dulu apa yang menyebabkan ia takut dengan pisang atau hal-hal lainnya. Setelah penggalian penyebabnya, baru dilakukan terapi,” jelas Adi.

Terdapat 6 langkah melakukan terapi dalam buku E.R.A.S.E yang dapat dipraktikan langsung oleh pembaca. Langkah pertama adalah identifikasi masalah dimana pembaca diajak fokus pada peristiwa yang berkaitan dengan kemarahan / emosi-emosi yang mengganggu.

Kemudian Langkah kedua, pembaca diajak menuliskan emosi dan rincian kejadiannya. Selanjutnya pembaca dapat melakukan reset atau dengan menarik nafas panjang. Berikutnya, pembaca dapat menjawan pertanyaan-pertanyaan kunci pada buku E.R.A.S.E untuk mengukur kembali skala intensitas emosi. Langkah berikutnya adalah membaca skrip E.R.A.S.E lalu lakukan finishing.

“Masalah-masalah seperti bisnis yang selalu gagal, trauma, luka batin bahkan ada yang penyakit asma nya sembuh setelah mengikuti pelatihan E.R.A.S.E. ,” Tutup Adi saat ditemui dalam peluncuran buku E.R.A.S.E bersama Gramedia akhir Mei lalu di Jakarta.

Dyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *